Pusat pembelajaran kita dalam segala hal, arahnya [kiblatnya] harus kepada Tuhan Yesus Kristus, bukan melihat kepada buku-buku karangan orang hebat, bukan kepada tokoh tertentu tapi fokus harus kepada Kristus.
Awal saya datang ke Papua, saya bicara di depan pejabat dan banyak orang, untuk menerapkan motivasi yang benar dan harus dimiliki mereka yang hendak tinggal di Papua.
1. Motivasi bukan uang.
2. Tidak takut sakit, karena di Papua banyak penyakit Malaria, TBC, HIV, dll.
2. Tidak takut sakit, karena di Papua banyak penyakit Malaria, TBC, HIV, dll.
Awal PESAT berdiri di Papua semua pengurus dan guru 9 bulan lebih tidak terima gaji, tidak ada persembahan dari para pengusaha, gereja-gereja dan donatur, waktu itu sampai rasanya sesak sekali, tapi para guru kompak mereka sepakat tidak terima gaji tidak apa-apa asal anak-anak asrama bisa makan. Para guru mencari usaha sampingan untuk membiayai hidup mereka dengan menjadi ojek, jual makanan, terima les private atau apa saja untuk menyambung hidup.
Setelah hampir satu tahun mengalami kesulitan dan kami semua lulus, Tuhan berkati kami luar biasa.
Motivasi yang benar jangan melayani karena uang, tapi karena belas kasihan.
Motivasi yang benar jangan melayani karena uang, tapi karena belas kasihan.
Matius 14:14 (TB) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Dari awal saya pelayanan Tuhan memberi kepekaan melihat "RASA KEADILAN" sebab Tuhan sangat murka kalau ada ketidakadilan dalam hidup. Adil artinya seimbang, setara, tidak membedakan ras, warna kulit, yang penting melihat orang banyak ada belas kasihan.
Papua mengalami ketidakadilan, sebuah pulau yang sangat besar yang sangat kaya hasil alamnya, tapi penduduknya mengalami ketidakadilan hidup mereka miskin, susah dan mereka bodoh. Iblis merusak Papua, karena banyak orang tamak menguasai hasil alam Papua, mereka kaya untuk diri sendiri dan kelompoknya dan banyak perpecahan di dalam penduduk asli Papua.
Tahun 1988 ketika sidang MPR zaman Soeharto menteri BJ Habibie membuat keputusan membuat kawasan baru IBT [Indonesia Bagian Timur] termasuk Papua, menjadi wilayah terbuka. Waktu itu BJ Habibie sudah membuat wilayah baru di Mamberamo, karena kira-kira 20 negara maju mengadakan rapat mencari satu wilayah yang memenuhi kriteria untuk mempersiapkan 20 tahun mendatang dunia akan mengalami revolusi industri.
Ada 4 kriteria yang dicari:
- Wilayah yang punya sumber daya listrik dari air.
- Wilayah yang penduduknya per kilometer persegi diisi 10 orang.
- Wilayah harus jauh dari pulau yang lain, dari pusat penduduk, sekelilingnya lautan atau daratan yang luas.
- Wilayah yang strategis.
Setelah di teliti memakai satelit ditemukan tanah itu di Papua yaitu Mamberamo. Sungai Mamberamo terpanjang di Indonesia hampir 900 km. Negara-negara maju sudah menghitung kalau air sungai dikelola dengan baik bisa menghasilkan listrik, yang dihitung kekuatannya 16 kali tenaga listrik yang dipakai Arab Saudi untuk mengelola minyak, di wilayah Mamberamo per km hanya dihuni 4 orang.
Tempat ini dicanangkan menjadi pusat industri dunia, tapi ini belum terwujud. Banyak pendatang yang sebentar menjadi kaya tapi penduduk asli masih tetap miskin. Penduduk Papua belum menjadi tuan di tanahnya sendiri.
Ketika Tuhan membawa saya ke Papua pada April 1990, Matius 14:14 menjadi motivasi saya, karena belas kasihan melihat penduduk asli Papua.
Ada 4 musuh utama di Papua:
- Perang suku yang tidak selesai-selesai.
- Kemiskinan yang tinggi, karena perjudian, penyakit, hukum adat, dll.
- Penyakit.
Ada data kematian ibu melahirkan kira-kira 56% dan biasanya diikuti kematian anaknya. - Karakter.
Susah diatur dan sedikit-dikit berkata "dendam dan palang". Palang yaitu mengisolasi tanah yang diakui miliknya, tidak boleh dipakai umum yang dari lain suku lain.
Maka itu pendidikan menjadi ujung tombak untuk memulihkan Papua, pusat pendidikan harus kepada Tuhan Yesus. Rajin belajar dari 4 Injil di Alkitab, maka kita akan bisa belajar karakter Yesus didalamnya.
Matius 11:29 (TB) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Belajar 2 hal dari Tuhan Yesus:
1. Lemah lembut
Belajar dari sifat air yang lemah lembut, ditempatkan di mana saja mengikuti bentuk tempatnya, air tidak bisa digores apalagi dipotong, air yang membeku menjadi es baru bisa digores dan dipotong. Jaga hati kita supaya tidak membeku dalam menghadapi situasi seburuk apapun.
Belajar dari hidup Yusuf yang lemah lembut menghadapi situasi anak emas papanya Yakub, di buang ke sumur dijual jadi budak, di fitnah masuk penjara sampai akhirnya jadi penguasa di Mesir, Yusuf tidak berubah karakternya enak maupun menderita dia tetap lemah lembut.
Miliki karakter air sehingga bertemu siapa saja dan keadaan apa saja tetap lemah lembut.
2. Rendah hati
2. Rendah hati
Tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Belajar dari Tuhan Yesus menghadapi ke duabelas murid-Nya.
Ada 3 murid Yesus yang bengkok tapi Tuhan Yesus tetap rendah hati, tidak memaksakan mereka untuk melakukan kehendak-Nya, walaupun motivasi mereka salah.
MOTIVASI KITA MENJADI REKAN SEKERJA YESUS MENENTUKAN, APA YANG MEMPENGARUHI MATA KITA
Dua murid Yesus yang berjalan ke Emaus bersama Yesus matanya tertutup tidak bisa melihat dan mengenali Yesus. Mata yang tertutup bicara motivasi yang salah dalam pelayanan.
Lukas 24:16 (TB) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
Tuhan bekerja lewat hidup kita, bukan karena kita rajin doa pagi, ibadah, doa puasa, dan ritual ibadah yang lain, tapi motivasi kita. Melihat orang-orang di sekitar kita timbul belas kasihan, melayani dengan lemah lembut memiliki karakter seperti air dan melayani dengan pribadi yang rendah hati. Sehingga dalam pelayanan kita tidak mengalami konflik dengan siapapun.
JAGA HATI KITA SUPAYA MEMILIKI MOTIVASI YANG BENAR, MEMILIKI KELEMAH LEMBUTAN DAN RENDAH HATI DALAM SELURUH HIDUP KITA, MAKA JIWA KITA TIDAK STRES.
Matius 11:30 (TB) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.
Bicara beban itu tidak ada yang ringan, semua beban pasti berat, tapi ketika kita memikul tanggung jawab dari Tuhan, maka beban itu menjadi ringan karena ternyata Tuhan ikut memikul bersama kita.
Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Niken.
https://www.facebook.com/share/v/BfTJivLSsLQ7Jr7n/?mibextid=qi2Omg






Komentar
Posting Komentar